Kecemasan Atas Utang AS Merebak di Pasar
Maleslihat.Com - IHSG menguat tapi rupiah melemah tajam. Kecemasan atas atap utang AS yang bisa memicu gagal bayar mulai merebak di pasar. Seperti apa?
Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pelemahan rupiah hari ini seiring sentimen pasar yang cenderung negatif. Terutama, setelah komentar dari Gubernur The Fed Ben Bernanke tadi pagi yang dinilai pasar kurang dovish (promoneter longgar).
Menurut Firman, meski Bernanke mengutarakan komitmen untuk menjaga pemulihan ekonomi AS, tapi dia juga mengutarakan, tidak adanya pembahasan mengenai penambahan stimulus lanjutan. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terlemahnya 9.750 setelah mencapai level terkuatnya 9.660 dari posisi pembukaan 9.680 per dolar AS,” katanya, di Jakarta, Selasa (15/1/2013).
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (15/1/2013) ditutup melemah 90 poin (0,93%) ke angka 9.740/9.750 dari posisi kemarin 9.650/9.660.
Pernyataan The Fed, Firman menegaskan, menjawab penantian pasar atas apakah The Fed akan mengeluarkan stimulus lanjutan ke depan.
Selain itu, Bernanke justru mengutarakan kekhwatirannya terhadap proses negosiasi kenaikan batas atas (debt ceiling) utang AS yang sedang berlangsung. Lalu, Menteri Keuangan AS Timothy Franz Geithner juga menyatakan kekhawatirannya terhadap ancaman default (gagal bayar) utang pemerintah AS jika proses negosiasi tak kunjung mencapai titik temu.
"Jadi, baik Bernanke maupun Geithner, sama-sama mencemaskan proses negosiasi itu dan menginginkan adanya solusi sebelum jatuh tempo," timpal Firman.
Apalagi, lanjut Firman, komentar dari Presiden AS Barrack Obama tadi pagi tidak begitu positif. "Terutama, setelah Obama menegaskan, keengganannya untuk memangkas anggarannya lebih lanjut," ucap dia.
Obama justru meminta Kongres untuk turut menaikkan pendapatan pajak jika anggaran dipangkas. Padahal, Partai Republik menginginkan pemangkasan anggaran tanpa kenaikan pajak yang menjadi syarat kenaikan debt ceiling dari Partai Republik di Kongres. "Obama menginginkan, anggaran dipangkas sehingga mengharuskan kenaikan pajak. Jadi, soal ini belum mencapai titik temu," timpal dia.
Alhasil, rupiah melemah tajam meski dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama kecuali terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). Indeks dolar AS melemah ke 79,44 dari seblumnya 79,49. "Tapi, terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke US$1,3370 dari sebelumnya US$1,3381 per euro," imbuh Firman.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh penguatan yen Jepang yang signigikan. Penguatan yen, kata Firman, dipicu oleh komentar Menteri Ekonomi Jepang yang mengkhawatirkan tajamnya pelemahan yen belakangan ini. Efeknya terhadap kenaikan barang impor. "Pada akhirnya, pelemahan yen bisa melemahkan ekonomi Jepang," tuturnya.
Dari bursa saham, Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan, Selasa (15/1/2013) ini, pasar mendapatkan pernyataan yang tidak menggembirakan dari Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution yang terlalu ikut campur urusan orang lain.
“Ya kalau dicuekin, seperti yang seharusnya terjadi. Kalau ternyata dicuekin tidak masalah. Tapi, kalau ternyata ada yang merespons, bisa berabe,” kata dia di Jakarta, Selasa (15/1/2013). Darmin menyatakan, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat mempengaruhi persepsi negatif mengenai kesinambungan fiskal. Pada gilirannya dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Selain itu, lanjut Satrio, penjagaan Rupiah hari ini terlihat sangat kendur. “BI menjadi seperti komentator sepak bola yang bisanya hanya bicara, tapi tidak bisa kalau disuruh main atau bahkan berprestasi,” timpal dia.
Akibatnya, kata dia, rupiah sejak pagi, lebih sering berada di atas 9.800 dibandingkan di bawah 9.700 per dolar AS seperti yang terjadi kemarin. “Kalau melihat posisi regional, saya hari ini masih hold posisi saham. Paling tidak sebagian besar. Karena dari pagi, mood yang jelek gara-gara rupiah membuat saya profit taking sebagian posisi,” ujarnya.
Category: Bisnis


